Pendahuluan
Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang paling
sering dialami lansia. Perubahan fisiologis, gangguan kesehatan, hingga stres
emosional membuat lansia lebih rentan terhadap kesulitan tidur. Dalam
keperawatan, insomnia pada lansia dapat didiagnosis menggunakan panduan Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).

Menetapkan diagnosis insomnia yang tepat menjadi langkah awal yang krusial dalam menyusun intervensi keperawatan. Artikel ini akan membahas insomnia pada lansia berdasarkan SDKI, mulai dari gejala khas hingga intervensi yang direkomendasikan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia.
Apa Itu Insomnia pada Lansia?
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk memulai atau
mempertahankan tidur yang menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
Pada lansia, gangguan ini biasanya bersifat kronis dan bisa disebabkan oleh
kombinasi faktor biologis dan psikososial.
Dalam SDKI, insomnia termasuk dalam diagnosa gangguan pola tidur aktual. Hal ini artinya, kondisi tersebut sedang terjadi dan memerlukan intervensi segera.
Tanda dan Gejala Insomnia pada Lansia
Gejala Subjektif:
- Merasa
tidak bisa tidur meskipun sudah berbaring lama
- Mengeluh
sering terbangun di malam hari
- Merasa
tidak segar saat bangun pagi
- Kelelahan
kronis di siang hari
Gejala Objektif:
- Kantuk
saat aktivitas siang
- Kesulitan
konsentrasi atau mudah lupa
- Iritabilitas
atau perubahan suasana hati
- Tampak lelah secara fisik
Penyebab Insomnia pada Lansia
🧬 Fisiologis:
- Perubahan
ritme sirkadian alami
- Penyakit
kronis seperti hipertensi, diabetes, atau nyeri sendi
- Penurunan
hormon melatonin
💊 Efek Obat:
- Obat
diuretik atau beta-blocker
- Konsumsi
obat yang mengganggu pola tidur
🧠Psikososial:
- Kehilangan
pasangan hidup
- Isolasi
sosial
- Depresi
atau gangguan kecemasan
🌙 Lingkungan:
- Tempat
tidur yang tidak nyaman
- Suhu
ruangan yang ekstrem
- Kebisingan
Diagnosis SDKI: Gangguan Pola Tidur pada Lansia
Berdasarkan SDKI, insomnia lansia diklasifikasikan sebagai Gangguan
Pola Tidur dengan karakteristik sebagai berikut:
- Data
Subjektif: Lansia mengeluh sulit tidur atau sering terbangun
- Data
Objektif: Terlihat letih, mengantuk di siang hari, dan kesulitan
beraktivitas
Diagnosis ini akan menjadi dasar bagi perawat untuk menentukan intervensi keperawatan dari SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Intervensi Keperawatan Insomnia pada Lansia
1. Edukasi Pola Tidur Sehat
- Anjurkan
lansia tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari
- Kurangi
tidur siang yang terlalu lama
- Hindari
makanan berat dan kafein menjelang malam
2. Modifikasi Lingkungan Tidur
- Gunakan
kasur yang nyaman
- Atur
suhu kamar yang sejuk dan tenang
- Minimalkan
cahaya dan suara di malam hari
3. Teknik Relaksasi
- Latihan
napas dalam
- Aromaterapi
ringan (lavender)
- Musik
relaksasi menjelang tidur
4. Kolaborasi Medik
- Evaluasi
obat yang dikonsumsi
- Rujukan
ke psikolog jika ada indikasi gangguan emosional
- Pemberian obat tidur hanya sebagai pilihan terakhir
Studi Kasus Singkat
Ibu N, 72 tahun, mengeluh tidak bisa tidur nyenyak
sejak 3 minggu terakhir setelah suaminya meninggal dunia. Ia juga tampak
murung, dan sering mengantuk di siang hari. Hasil pengkajian perawat
menunjukkan data subjektif dan objektif mendukung diagnosis Gangguan Pola
Tidur (Insomnia pada Lansia).
Setelah intervensi edukasi tidur sehat dan terapi relaksasi selama 5 hari, lansia melaporkan peningkatan kualitas tidur dan mulai kembali aktif beraktivitas di pagi hari.
Kesimpulan
Insomnia pada lansia bukan hanya masalah sepele, namun dapat
memengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Melalui diagnosis gangguan
pola tidur dalam SDKI, perawat memiliki landasan ilmiah untuk menetapkan
langkah penanganan yang tepat dan efektif.
Pemahaman terhadap penyebab, gejala, serta intervensi yang sesuai sangat penting untuk membantu lansia mendapatkan tidur yang nyenyak dan berkualitas.